Salah Paham tentang Indonesia Kaya, Apakah Kalau Indonesia Punya Laut Maka Otomatis Kita Kaya?

Avatar photo

- Pewarta

Senin, 23 September 2024 - 08:00 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Laut Indonesia. (Pixabay.com/Kanenori)

Laut Indonesia. (Pixabay.com/Kanenori)

Oleh: Hasanudin Abdurakhman, Owner Mintuo Food

INFOMARITIM.COM – Kita dari kecil diajari bahwa Indonesia itu kaya. Tapi ajaran itu sama sekali tidak lengkap. Banyak orang menganut ajaran tidak lengkap itu sampai tua.

Mereka misalnya jadi sulit memahami soal penanaman modal asing dalam pengelolaan sumber daya alam.

Padahal ini soal sederhana saja. Anda tinggal di sebuah pulau, di sekeliling Anda banyak ikan. Kayakah Anda? Tidak.

Anda baru kaya kalau ikan-ikan itu Anda tangkap, Anda dapat banyak, misalnya 5 ton.

Apakah Anda kaya dengan ikan 5 ton itu? Belum. Anda baru kaya kalau sudah berhasil menjualnya dengan harga bagus.

Misalnya Anda jual dengan harga 20 ribu rupiah sekilo, maka Anda punya kekayaan 100 juta.

Untuk bisa mendapat 5 ton ikan Anda harus punya modal. Ikan itu tidak akan datang menyerahkan diri pada Anda. Ikan itu harus ditangkap.

Untuk menangkapnya Anda perlu kapal dan pukat. Untuk membelinya Anda butuh modal.

Tanpa modal, ikan tadi hanya jadi makhluk liar di laut. Anda tidak memilikinya. Anda tidak kaya.

Bagaimana bisa punya kapal dan pukat kalau Anda tidak punya uang untuk membelinya?

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

Anda harus berutang. Tanpa Anda berutang, ikan-ikan itu tetap di laut, dan Anda tetap miskin.

Kalau Anda tidak berani berutang, atau tidak ada yang meminjami Anda uang, apa yang bisa Anda lakukan?

Anda hanya bisa menyewakan laut Anda untuk diambil ikannya oleh orang lain. Itu kalau Anda dianggap pemilik laut itu. Anda hanya akan mendapat bagi hasil.

Demikian pula, kalau Anda punya kapal dan pukat, tapi Anda tidak bisa mengoperasikannya. Maka Anda harus membayar orang yang bisa.

Ikan adalah sumber daya alam. Sumber daya alam tidak serta merta membuat kita kaya. Kita harus punya modal untuk mengolah sumber daya alam.

Tidak hanya modal. Kita juga perlu kemampuan atau keahlian teknik untuk mengolah sumber daya alam itu.

Apakah kalau kita sudah punya modal dan punya keahlian, kita otomatis jadi kaya? Tidak.

Kita harus bekerja dengan tertib dan disiplin, sehingga pekerjaan kita efisien.

Kalau tidak, kita mungkin akan menghabiskan ongkos lebih banyak daripada penghasilan yang kita dapat dari menangkap ikan.

Apakah kalau kita punya laut maka kita kaya? Tidak. Kita butuh modal untuk membeli kapal, pukat, dan bahan bakar untuk bisa menangkap ikan.

Kita juga perlu keahlian menangkap ikan. Kita juga perlu bekerja dengan disiplin agar pekerjaan menangkap ikan itu tidak menimbulkan kerugian.

Ini bukan cerita andai-andai. Faktanya, kita punya laut yang kaya dengan ikan, di antaranya ikan tuna.

Tapi kita tidak menangkapnya. Karena sedikit dari pengusaha kita yang mau investasi untuk menangkap ikan.

Kita juga tidak tahu teknologi kapalnya, dan teknik menangkapnya.

Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.

Lalu, siapa yang menangkapnya? Orang asing. Kapal-kapal ikan dari Jepang misalnya, datang ke perairan kita untuk menangkap ikan.

Konyolnya, kapal-kapal itu mempekerjakan orang Indonesia sebagai pekerja kasar untuk menangkap ikan kita itu.

Jadi, apakah kita kaya? Tidak. Kita tidak akan kaya kalau tidak bekerja.

Sebaliknya, orang-orang yang tidak punya sumber daya alam justru bisa kaya, karena mereka bekerja.

Peluang bagi aktivis pers pelajar, pers mahasiswa, dan muda/mudi untuk dilatih menulis berita secara online, dan praktek liputan langsung menjadi jurnalis muda di media ini. Kirim CV dan karya tulis, ke WA Center: 087815557788.

Jepang itu tidak lagi punya sumber minyak bumi. Tapi Jepang punya sejumlah perusahaan minyak yang kaya raya.

Kenapa? Karena mereka punya modal, punya kemampuan teknik, dan mau bekerja dengan disiplin, sehingga efisien.

Orang-orang sering mengeluh soal kekayaan alam kita yang katanya dirampok asing. Lalu pemerintah yang disalahkan.

Tentu ada porsi kesalahan pemerintah. Tapi yang lebih tepat adalah, itu kesalahan kolektif kita sebagai bangsa.

Kesalahan utama kita adalah, kita tidak punya sumber daya manusia yang memadai untuk mengelola sumber daya alam kita. (Artikel diambil dari Facebook.com).***

Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Bisnispost.com dan Infoekonomi.com

Jangan lewatkan juga menyimak berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Harianmalang.com dan Malukuraya.com

Sedangkan untuk publikasi press release serentak di puluhan media lainnya, klik Rilisbisnis.com (khusus media ekbis) dan Jasasiaranpers.com (media nasional)

Atau hubungi langsung WhatsApp Center Rilispers.com (Pusat Siaran Pers Indonesia /PSPI): 085315557788, 087815557788, 08111157788.

Klik Persrilis.com untuk menerbitkan press release di portal berita ini, atau pun secara serentak di puluhan, ratusan, bahkan 1.000+ jaringan media online.

Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.

Berita Terkait

Sampaikan Sejumlah Alasan, Ombudsman Desak KKP untuk Segera Bongkar Pagar Laut Sepanjang 30,16 Km
Belum Bongkar Pemagaran Laut Banten yang Membentang Disepanjang Laut Pantura, KKP Ungkap Alasannya
ORI Kesulitan Terƙait Pihak yang Bertanggung Jawab dalam Pemagaran Laut Banten Sepanjang 30,16 Km
Anggota DPR Johan Rosihan Beberkan Soal Perbedaan Pemagaran Laut yang Dilakukan di Tangerang dan Bekasi
Soal Pemagaran Laut Banten Sepanjang 30,16 Km, Ini Tanggapan Menko Infra Agus Harimurti Yudhoyono
Dituding Terkait Pemagaran Laut di Tangerang, Banten, Pihak Pantai Indah Kosambi (PIK) 2 Beri Tanggapan
Butuh Anggaran Rp1,5 Triliun, Agus Harimurti Yudhoyono: Untuk Peremajaan dan Pengadaan Kapal Laut Baru
Jumlah Pulau di Indonesia Bertambah 63 Pulau Baru, Begini Penjelasan Badan Informasi Geospasial
Jasasiaranpers.com dan media online ini mendukung program manajemen reputasi melalui publikasi press release untuk institusi, organisasi dan merek/brand produk. Manajemen reputasi juga penting bagi kalangan birokrat, politisi, pengusaha, selebriti dan tokoh publik.

Berita Terkait

Kamis, 16 Januari 2025 - 15:11 WIB

Sampaikan Sejumlah Alasan, Ombudsman Desak KKP untuk Segera Bongkar Pagar Laut Sepanjang 30,16 Km

Kamis, 16 Januari 2025 - 14:18 WIB

Belum Bongkar Pemagaran Laut Banten yang Membentang Disepanjang Laut Pantura, KKP Ungkap Alasannya

Kamis, 16 Januari 2025 - 13:50 WIB

ORI Kesulitan Terƙait Pihak yang Bertanggung Jawab dalam Pemagaran Laut Banten Sepanjang 30,16 Km

Senin, 13 Januari 2025 - 10:59 WIB

Soal Pemagaran Laut Banten Sepanjang 30,16 Km, Ini Tanggapan Menko Infra Agus Harimurti Yudhoyono

Senin, 13 Januari 2025 - 09:58 WIB

Dituding Terkait Pemagaran Laut di Tangerang, Banten, Pihak Pantai Indah Kosambi (PIK) 2 Beri Tanggapan

Senin, 30 Desember 2024 - 19:30 WIB

Butuh Anggaran Rp1,5 Triliun, Agus Harimurti Yudhoyono: Untuk Peremajaan dan Pengadaan Kapal Laut Baru

Kamis, 12 Desember 2024 - 11:57 WIB

Jumlah Pulau di Indonesia Bertambah 63 Pulau Baru, Begini Penjelasan Badan Informasi Geospasial

Kamis, 12 Desember 2024 - 08:03 WIB

Dukung Program Hilirisasi, KKP Tingkatkan Produksi Perikanan di Hulu dari Budidaya dan Perikanan Tangkap

Berita Terbaru