Jepang, Korea Selatan, dan Australia Jadi Peluang Pasar Baru untuk Komoditas Udang dari Indonesia

Avatar photo

- Pewarta

Selasa, 29 Oktober 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Menteri Kelautan dan Perikanan (KP), Sakti Wahyu Trenggono. (Facebook.com @Sakti Wahyu Trenggono)

Menteri Kelautan dan Perikanan (KP), Sakti Wahyu Trenggono. (Facebook.com @Sakti Wahyu Trenggono)

INFOMARITIM.COM – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengupayakan peluang pasar baru untuk komoditas udang dari Indonesia.

Ekspor komoditas udang ke Amerika Serikat menghadapi persoalan antidumping.

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono berkomitmen akan menyelesaikan masalah CVD dan anti-dumping (AD) komoditas udang di pasar AS.

Trenggono memastikan jajarannya tengah melalukan diplomasi agar tuduhan itu bisa diatasi.

Direktur Pemasaran Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP Erwin Dwiyana menyampaikan hal itu di Jakarta, Senin (28/10/2024).

“Di pasar AS, masih ada peluang untuk komoditas udang selain udang beku.”

“Kemudian, ada pasar lain seperti Jepang yang berpotensi besar untuk produk beku dan olahan. Kemudian, ada Australia dan Korea Selatan,” kata Erwin.

Dia mengatakan perluasan pasar itu turut disertai dengan implementasi program modeling untuk mendukung peningkatan kuantitas dan kualitas udang ekspor.

Mengenai kelanjutan antidumping, tutur Erwin, penanganan yang dilakukan KKP bersama otoritas lainnya menunjukkan hasil positif.

Berdasarkan keputusan final determination investigasi US Department of Commerce (USDOC).

Tidak ditemukan adanya countervailable subsidies atau pemberian subsidi kepada petambak dan eksportir udang beku Indonesia.

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

Sedangkan, terkait tuduhan antidumping, keputusan final determination yang dirilis USDOC pada 22 Oktober menetapkan bea masuk tambahan sementara sebesar 3,9 persen untuk udang Indonesia.

Angka tersebut lebih rendah dibanding hasil preliminary determination yang sempat dikeluarkan yakni sebesar 6,3 persen.

“Kita tidak dituduh melakukan subsidi terhadap industri udang nasional sehingga tarif CVD-nya (countervailing duties) 0 persen, sementara antidumping kita turun dari 6,3 persen menjadi 3,9 persen.”

“Ini merupakan capaian positif, sebelum hasil akhir pada 5 Desember nanti,” bebernya.

Perluasan pasar ini disertai dengan upaya peningkatan kualitas produksi udang di sektor hulu.

Salah satunya, melalui program modeling budi daya berbasis kawasan yang sudah dikembangkan di Indonesia.***

Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Minergi.com dan Infotelko.com

Jangan lewatkan juga menyimak berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Helloseleb.com dan Haiindonesia.com

Sedangkan untuk publikasi press release serentak di puluhan media lainnya, klik Rilisbisnis.com (khusus media ekbis) dan Jasasiaranpers.com (media nasional)

Atau hubungi langsung WhatsApp Center Rilispers.com (Pusat Siaran Pers Indonesia /PSPI): 085315557788, 087815557788, 08111157788.

Klik Persrilis.com untuk menerbitkan press release di portal berita ini, atau pun secara serentak di puluhan, ratusan, bahkan 1.000+ jaringan media online.

Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.

Berita Terkait

Pemerintah Beri Sinyal Positif Terkait Rencana Penurunan Tiket Pesawat Angkutan Lebaran Idul Fitri 2025
Respons Para Petani Singkong Terkait dengan Rencana Kehadiran Mentan Andi Amran Sulaiman ke Lampung
200 Hektar Persawahan di Bantul Terdampak Banjir, Titiek Soeharto Apresiasi Mentan Amran Sulaiman Atasi Banjir
Termasuk Dirut PT Sritex Iwan Kurniawan Lukminto, Keluarga Pemilik Ikut Daftar Tagih Utang Rp1,2 triliun
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia Pastikan Tak Ada Lagi Impor Solar Saat Implementasi Biofuel B50 pada 2026
Hingga November 2024 Catat Rp556,53 Triliun.Bappebti: Nillai Transaksi Aset Kripto 2025 akan Meningkat
Perusahaan Tiongkok Zhuhai Hongwan Ocean Fisheries akan Bangun Sistem Perikanan di Maluku dan Papua
Asosiasi Perusahaan PR Indonesia Kerja Sama dengan Sapulangit Media Center, Sosialisasi Kegiatan Organisasi

Berita Terkait

Rabu, 12 Februari 2025 - 10:15 WIB

Pemerintah Beri Sinyal Positif Terkait Rencana Penurunan Tiket Pesawat Angkutan Lebaran Idul Fitri 2025

Rabu, 5 Februari 2025 - 11:58 WIB

Respons Para Petani Singkong Terkait dengan Rencana Kehadiran Mentan Andi Amran Sulaiman ke Lampung

Kamis, 16 Januari 2025 - 11:25 WIB

200 Hektar Persawahan di Bantul Terdampak Banjir, Titiek Soeharto Apresiasi Mentan Amran Sulaiman Atasi Banjir

Selasa, 14 Januari 2025 - 14:40 WIB

Termasuk Dirut PT Sritex Iwan Kurniawan Lukminto, Keluarga Pemilik Ikut Daftar Tagih Utang Rp1,2 triliun

Sabtu, 4 Januari 2025 - 15:54 WIB

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia Pastikan Tak Ada Lagi Impor Solar Saat Implementasi Biofuel B50 pada 2026

Berita Terbaru